Sopir taksi yang senang mendengarkan cerita
Ketika sopir taksi memasukkan barang saya ke dalam bagasi, dia seperti berusia sekitar 30-an dan bisa berbicara dalam bahasa Inggris. Saya sedang menimbang-nimbang antara berbagi cerita dengannya atau menyibukkan diri dengan urusan saya sendiri saat dia bertanya dari mana saya berasal.
Saya lalu menjawab tentang asal saya dan bertanya apakah ia ingin mendengar cerita.
Dia langsung mengiyakan dan mematikan radio.
Saya bercerita tentang domba yang hilang lalu mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya.
Dia menjawab semua pertanyaan saya dengan antusias.
Ketika saya bertanya apakah dia pernah mengenal seseorang yang tersesat jalan hidupnya, dia lalu bercerita tentang masa lalunya, bagaimana pada saat remaja dia terlalu memusatkan perhatiannya pada olahraga yang menyebabkan nilai nya jatuh dan akhirnya dikeluarkan dari sekolah. Ia masuk sekolah lain tapi terlalu malas untuk belajar dan mulai membolos. Dia membuat serangkaian pilihan yang buruk yang mengakibatkan dia berakhir di penjara anak-anak.
Dia kemudian menceritakan tentang perubahan di dalam kehidupnya, dimana segala sesuatunya semakin membaik. Dia kemudian menikah dan mempunyai seorang anak. Namun baru-baru ini situasi kehidupannya kembali memburuk dan dia pun berpisah dari istri dan anaknya. Dia menjadi sangat sedih dan kehilangan.
Kemudian kami sampai di tujuan, tapi dia masih ingin berbicara lebih banyak lagi. Maka kami pun duduk di luar kediaman saya dan melanjutkan lagi pembicaraan selama satu jam.
Saya mendorong dia untuk kembali kepada Allah dan menggunakan 10 hukum Taurat untuk membantu dia mencapai tujuan tersebut. Dia setuju dan mulai mengaku dosa kepada Tuhan secara pribadi.
Ketika dia selesai berdoa, dia mengakui bahwa dia telah menerima Kristus bertahun tahun yang lalu dan telah dibaptis. Saya menantangnya untuk taat dan menyerahkan hidupnya kepada Kristus. Dia mengatakan bahwa dia perlu waktu untuk berpikir tentang hal itu. Belakangan ini dia juga sudah tidak pergi ke gereja lagi, jadi saya mendorong dia untuk kembali ke gereja. Saya juga menyarankannya untuk berbicara dengan seorang pendeta.
Saya memberikan kepadanya sebuah buku tentang pernikahan dan buku yang lain tentang kehidupan berkeluarga. Kami kagum pada bagaimana Allah mempertemukan kami. Saya lalu berdoa bersamanya dan berharap yang terbaik untuknya.
Saya belajar bahwa saya harus selalu siap untuk berbagi cerita dan berharap agar Roh Kudus menjadikan cerita tentang Tuhan berbicara kepada hati yang mencarinya.
Digunakan dengan izin dari pencerita di Singapura, CH.